79. Nusa Jawa Silang Budaya, Denys Lombard. Sabagai orang Jawa yang lahir dan besar di Bandung, persoalan identitas sering jadi pertanyaanku. Apalagi waktu aku kecil, guru olah ragaku yang bukan orang Jawa, pernah mengolok-olok kejawaanku ini. Pengalaman pahit itu, memotivasiku untuk mencari tau lebih banyak tentang Jawa, karena bagiku mengetahui Jawa, berarti juga mengetahui identitas kulturalku. Aku mengerti bahasa Jawa, bisa bicara sedikit, tapi aku lebih fasih berbahasa Sunda dan kadang itu membingungkan. Tahun 1998, aku mendapatkan buku Nusa Jawa Silang Budaya. Sebuah hasil penelitian Denys Lombard, sejarawan Perancis tentang sejarah Jawa dan pengaruh-pengaruh yang membentuknya. Bukan hanya Jawa Tengah, tempat leluhurku, tapi seluruh pulau Jawa menjadi kajian buku ini. Luar biasa dan sangat membuka perspektif kesejarahan dan kejawaanku.
80. Haryoto Kunto. Aku sangat mengagumi Pak Kunto Alm. Dia dengan segudang referensinya, merangkai sejarah Bandung dalam beberapa buku yang ditulisnya: Wajah Bandung Tempo Doeloe, Semerbak Bunga di Bandung Raya, Ramadhan di Priangan. Dengan berceritanya yang asyik, aku seperti didongengi olehnya tentang bagaimana kota bernama Bandung ini dibentuk dan diwarnai oleh tradisi kolonialisme. Pak Kunto, membuatku memahami dan mencintai Bandung dengan cara yang berbeda. Pak Kunto juga membuatku tertarik pada kajian tentang kota.
81. Ong Hok Ham. Aku sangat menyukai kisah-kisah sejarah yang ditulis oleh Ong Hok Ham. Sejarawan ini senang sekali melihat sejarah Indonesia dari narasi-narasi kecil. Dia bisa menceritakan tentang skandal pencurian gordyn dalam hubungannya dengan konspirasi pembunuhan di sebuah karesidenan di Jawa Tengah. Ong membuat aku melihat Indonesia dari kepingan-kepingan kecil yang terhubung satu sama lain. Apalagi situasi Indonesia paska reformasi yang terasa tak tentu arah dan tujuan begini. Membaca karya-karyanya Ong Hok Ham, membuatku mengenali kembali ke Indonesiaanku.
Comments