Skip to main content

#marchproject 10: Catatan Harian Seorang Demonstran (Soe Hok Gie), River of Gems (Rio Helmi & Lorne Blair) dan Tetralogi Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer)

Pelajaran tentang Indonesia dan idealisme banyak aku dapatkan dari buku-buku. Dari sekian banyak ada beberapa buku yang di awal-awal aku belajar memahami arti idealisme, buku-buku ini menjadi sangat penting dalam memberikan pondasi konsep idealisme buatku.


28. Catatan Harian Seorang Demonstran (Soe Hok Gie). Aku membacanya untuk pertama kali waktu duduk di bangku SMP (sekitar awal tahun 1990-an). Saat itu, aku punya sahabat pena dari Denpasar, namanya Gunawan Wicaksono. Dia yang memperkenalkan buku ini padaku dengan mengirimkan beberapa bab foto copy dari buku ini. Membaca penggalan buku harian Soe Hok Gie, kontan aku langsung terpikat. Baru beberapa tahun kemudian, di tahun-tahun awal SMA (aku ga ingat persisnya), aku menemukan buku ini di Toko Buku Djawa di jl. Braga dan membelinya. Buku ini sempat dipinjam dan hilang. Lalu aku membeli kembali di tahun 2001. Soe Hok Gie memberi banyak sekali keberanian dan inspirasi untuk bisa menuliskan apa yang aku rasakan tentang situasi sosial politik pada saat itu. Bukunya seperti mendorong aku untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanku di buku harian tanpa rasa takut. Aku bisa bicara dan berpendapat apa saja di buku harianku, hal-hal yang sulit jika kulakukan secara langsung. Apalagi yang berbau politik. Mendekati tahun 1994 (dimana pembredelan 3 media massa oleh pemerintah Orde Baru: Tempo, Editor dan Detik), membuat pendapat yang tidak sejalan dengan penguasa, langsung di brangus habis. Makanya pas film Gie muncul, terus terang aja aku cukup kecewa karena Nicolas Saputra jauh banget dari bayangan aku tentang Gie..


29. River of Gems: A Borneo Journal. Buku ini aku beli tahun 1996 dengan menabung dari uang jajan. Dari kecil aku suka berhayal melakukan perjalanan ke pedalaman-pedalaman. Di masa kecil sih perjalanan seperti itu seperti petualangan Mowgly, Jungle Booknya Rudyard Kipling, tapi setelah agak besar dan belajar tentang suku-suku bangsa di Indonesia, aku terpikat oleh cerita-cerita tentang orang Dayak juga hutan tropis Kalimantan yang dulu aku bayangkan benar-benar rimba raya seperti di Jungle Book. River of Gems seperti sebuah kitab pegangan cita-citaku bahwa suatu hari nanti aku akan pergi tempat seperti yang ada di buku itu. Tiga Belas tahun kemudian, aku melakukan perjalanan menyusuri sungai Mahakam, rasanya seperti masuk ke dalam buku River of Gems, karena aku menemukan pemandangan langsung yang sama persis seperti yang ada di buku itu. Kurasa buku ini juga yang membuatku mau melakukan penelitian di Sembakung dan tinggal di pedalaman Sembakung selama satu bulan, mengenali Indonesia lewat komunitas etnis yang oleh negara disebut Komunitas Adat Terpencil. Padahal menyebut mereka seperti itu sama artinya dengan meminoritisasi mereka.


30. Tetralogi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer. Aku membaca Bumi Manusia pertama kali waktu duduk di semester pertama di bangku kuliah. Itupun foto copy yang dipinjamkan diam-diam dan tidak bisa dibaca di sembarang tempat juga. Saat itu, barang siapa yang ketahuan membawa-bawa karya Pram bisa masuk penjara, karena termasuk buku yang dilarang untuk dibaca dan disebarluaskan. Semakin dilarang biasanya semakin penasaran. Apa yang membuat buku ini dilarang oleh pemerintah orde baru? Setelah membacanya aku baru mengerti pada saat itu bagi pemerintah orde baru membaca buku pram, bisa memberikan kesadaran perspektif sejarah dan nasionalisme yang tidak diinginkan oleh penguasa. Karena Pram banyak melihat sejarah dari sisi yang berbeda dari sisi-sisi yang tidak ingin penguasa saat itu tidak ingin melihatnya. Dan itu membuat aku sebagai pembaca menjadi lebih kritis sejarah, para penguasa, lingkungan bahkan pada diriku sendiri. Selain Tetralogi Bumi Manusia, Trilogi Arok Dedes, Arus Balik dan Mangir lebih tajam lagi memberi kesadaran itu.

Comments

Popular posts from this blog

Giveaway: Sepuluh 'Vitarlenology's Visual Diary Pocket Book' Hanya Buat Kamu :)

  Halo teman-teman semua. Menjelang ulang tahunku, aku ingin bagi-bagi hadiah buat teman-teman semua. Ada sepuluh pocket book buatanku yang akan aku bagikan cuma-cuma. Pocketbook ini covernya diambil dari foto-foto jepretanku dari koleksi NYC visual diary. Aku ingin berbagi kesan mendalamku tentang NYC pada teman-teman semua lewat pocket book ini.  Caranya: silahkan tulis komentar apapun di postingan ini dan yang belum follow, silahkan follow dulu biar bisa ikutan giveaway ini. Aku tunggu paling lambat tanggal 30 Maret 2011, Pk. 24.00 WIB. Sepuluh orang yang beruntung akan mendapat kiriman pocket book ini dariku..  Oya, giveaway ini terbuka bagi seluruh penghuni planet bumi ini hehehhe.. alias selain orang Indonesia boleh ikutan juga kok.. :) Salam hangat,  tarlen

RTP#2: Cara Memindahkan Gambar Ke Atas Kain Dengan Menggunakan Gloss Gel Medium

Model dalam foto diperagakan oleh James Franco :D Ini adalah teknik yang aku pelajari dari kelas scrap book tobucil, yaitu cara memindahkan gambar ke atas canvas dengan menggunakan gloss gel medium. Teknik ini gampang-gampang susah, tapi sekali coba pasti ketagihan.  Bahan yang dibutuhkan adalah gloss gel medium, bisa dibeli di toko alat gambar, kain kanvas untuk melukis dan gambar yang difoto copy atau di print dengan menggunakan printer laser. Teman-teman bisa mengganti kanvas dengan kain biasa, tapi akan lebih efektif jika kain tersebut dilapisi dengan gesso atau cat tembok. Penting untuk diperhatikan bahwa gambar harus di print dengan printer laser karena jika menggunakan printer deskjet, gambar akan luntur dalam proses pemindahannya nanti. Catatan: Jika memprint gambar yang ada tulisannya, sebelum di print, tulisan di "mirror" dulu biar terbalik dan ketika dipindahkan nanti, tulisan akan ada dalam posisi normal. Gambar di bawah lupa di "mirror" jadinya