Foto-foto oleh Adi Marsiela |
Ketika pertama kali menjadi mahasiswi Jurnalistik Universitas Islam Bandung tahun 1994 (ketauan deh umurnya hihihihihi), senior-senior langsung mendoktrin mahasiswa baru dengan pembredelan tiga media: TEMPO, EDITOR dan DETIK. Waktu itu Orde Baru belum lagi tumbang dan jaringan internet belum juga menetas di Indonesia. Pers yang menyuarakan kebebasan berperdapat harus berhadapan dengan penguasa. Aku ingat, bagaimana aku pertama kali mendapatkan buku Bredel 1994 ini secara sembunyi-sembunyi: dibungkus kertas koran lusuh, disembunyikan baik-baik di dalam tas dan di baca diam-diam di dalam kamar. Sebelumnya ada berita, beberapa mahasiswa yang ketahuan membawa buku Bredel 1994 ini terpaksa masuk penjara. Buku ini mencatat Deklarasi Sirnagalih yang menjadi tonggak berdirinya Aliansi Jurnalis Independen.
Tujuh belas tahun kemudian, AJI Bandung memutuskan untuk menerbitkan kembali buku ini dan membuat edisi khusus untuk acara kongres AJI di Makassar, 1-3 Desember 2011 ini. Lima puluh eksemplar di bikin handmade olehku, sebelum edisi regularnya di terbitkan oleh AJI Bandung di mana aku termasuk sebagai salah satu anggotanya.
Aku senang sekali bisa berkontribusi membuat 'Bredel 1994' edisi khusus ini. Selain isinya penting untuk mengingatkan independensi pers di tengah komando para pemilik modal yang bersekongkol dengan kekuasaan, buku ini juga menjadi buku yang wajib di baca oleh seluruh anggota AJI dan mahasiswa/i jurnalistik yang belajar tentang sejarah pers Indonesia (bukan promosi loh, ini beneran :D).
Tapi kalau tertarik dengan buku ini, silahkan menghubungi: ajibandung@yahoo.com
Comments