Semingguan yang lalu Amesh berkunjung ke tobucil. Senang sekali akhirnya bisa bertemu langsung. Di tobucil, Amesh melihat tas rajutan ini dan langsung jatuh hati. Tas ini udah lama selesai dirajut. Aku merajutnya dalam perjalanan pulang dari Karimun Jawa, Mei 2009 lalu hihihih lama banget ya.. :D. Karena perjalanan di kapal sungguh membosankan, makanya merajut menjadi kegiatan yang cukup menghibur. Biarpun selesainya tahun 2009, penyakit malas memberi kain pelapis menghinggapiku sampai Amesh datang pada tanggal 6 Januari 2011. Dua tahun kemudian akhirnya si tas rajutan merah ini menemukan nasibnya. Sepertinya kalau Amesh ga suka sama tas ini, nasib tas rajutan merah ini pasti masih tergantung di salah satu sudut tempat kerjaku, mengantri bersama tas rajutan lain yang belum diberi kain pelapis.
Sebenarnya memasang kain pelapis ini, bukan pekerjaan yang memakan terlalu banyak waktu. Setengah hari juga selesai. Yang seringkali bikin malas justru bikin polanya, karena untuk setiap tas rajutan, pelapisnya butuh pola yang beda juga dan ga bisa dijahit pakai mesin jahit untuk menempelkannya, harus dijahit pakai tangan. Nah itu dia yang sering bikin males. Mengapa kain pelapis ini menjadi penting untuk sebuah tas rajutan? karena kalau ga dikasih kain pelapis, rajutan bisa rusak dan melar oleh beban yang masuk ke dalam tas. Akhirnya bentuk tas bisa berubah malah bisa rusak. Selain itu, kain pelapis juga sekaligus memberi bentuk pada tas rajutan biar tampak seperti yang diharapkan.
Aku, Amesh dan Yuara |
Thanks ya mesh, udah membuatku menyelesaikan tas rajutan merah itu dan mengapresiasinya.. selamat memakai tas rajutan merahnya.. :)
Comments
itu kain pelapisnya pake kain apa mbak? lurik ya..?
Dina @ http://blog.sweetbatik.com