Skip to main content

Yogya Silver Pada Suatu Waktu

Tanpa direncanakan, aku dan Ria mampir ke Yogja Silver di seberang es krim Tip Top. Sebuah toko yang menjual perhiasan dari perak yang berdiri sejak jaman kolonial mungkin sekitar tahun 1930-an. Sekarang toko ini terlihat sederhana dibandingkan  toko-toko lain di sekitarnya, namun sisa kejayaannya di masa lalu masih tersisa.

Kami; aku dan Ria sempat berbincang dengan tante pemilik toko. Sejak suaminya meninggal dan tidak ada pegawai lain yang membantunya, tante menjaga sendiri tokonya. Dia bilang bahwa tokonya ini tidak seramai dulu. Usaha ini tidak lagi bisa jadi andalan, masa jayanya sudah berlalu. Rupanya, toko ini termasuk toko yang dimiliki oleh pengusaha perak penting di Yogja dan Kota Gede, karena tante menjelaskan, dulu toko ini hanya bisa dibandingkan dengan toko perak terbesar di Kota Gede dan salah satu toko souvenir besar (bukan Mirota) di daerah Jeron Benteng. Dari ceritanya aku bisa menduga bahwa toko ini pastinya termasuk yang paling jaya pada masanya. Tante bilang, sekarang orang tidak lagi terlalu meminati perhiasan perak, apalagi perak bakar. Sementara perak-perak yang dijual oleh toko ini masih mempertahankan desain-desain klasik dengan kualitas yang terjaga. Untuk bertahan hidup, tante mengandalkan pembeli yang kebanyakan turis-turis Belanda yang justru mencari desain-desain yang masih klasik. Perak-perak di sini dijual dengan harga per gram sekitar 50rb. Untuk bingkai foto berukuran kecil yang beratnya 50gr, harganya bisa sampai 2,5jt.

Tertarik sama cerminnya.. aku suka banget cermin model begini..
Tante pemilik Yogja Silver dan Ria
Sepintas kita mungkin akan bilang: "Gila mahal banget!", tapi menurutku itu harga yang realistis. Dengan kualitas perak dan desain yang baik, belum lagi craftmanship para pembuatnya, justru harga jadi wajar dan malah terlalu murah. Dalam hati aku berharap, toko-toko seperti ini bisa tertahan lebih lama dari gempuran zaman. Semoga ketika lebih banyak lagi orang kembali menghargai craftmanship, toko-toko seperti ini bisa menemukan kembali nafasnya untuk hidup lebih lama lagi. Semoga.

Comments

Popular posts from this blog

Giveaway: Sepuluh 'Vitarlenology's Visual Diary Pocket Book' Hanya Buat Kamu :)

  Halo teman-teman semua. Menjelang ulang tahunku, aku ingin bagi-bagi hadiah buat teman-teman semua. Ada sepuluh pocket book buatanku yang akan aku bagikan cuma-cuma. Pocketbook ini covernya diambil dari foto-foto jepretanku dari koleksi NYC visual diary. Aku ingin berbagi kesan mendalamku tentang NYC pada teman-teman semua lewat pocket book ini.  Caranya: silahkan tulis komentar apapun di postingan ini dan yang belum follow, silahkan follow dulu biar bisa ikutan giveaway ini. Aku tunggu paling lambat tanggal 30 Maret 2011, Pk. 24.00 WIB. Sepuluh orang yang beruntung akan mendapat kiriman pocket book ini dariku..  Oya, giveaway ini terbuka bagi seluruh penghuni planet bumi ini hehehhe.. alias selain orang Indonesia boleh ikutan juga kok.. :) Salam hangat,  tarlen

Hari #15: Membuat Pin & Magnet Dari Tutup Botol

  Sudah sejak lama aku memikirkan soal tutup botol yang menumpuk berkardus-kardus di tobucil. Benda kecil ini termasuk benda 'dibuang sayang'. Sempet menemukan tutorial untuk bikin magnet dan pin dari tutup botol, tapi menggunakan resin, bahan kimia yang baunya aja udah bikin sakit kepala. Mikir lagi, gimana ya tetep bisa bagus tapi penggunaan bahan-bahan beracun dan berbahayanya lebih sedikit atau malah ga ada sama sekali. Akhirnya pin dan magnet yang begini ini yang kepikiran olehku. Alphabetical pin dan magnet. Seru kan. Bisa bikin A sampai Z, trus sekalian juga ini magnet atau pin jadi media belajar buat anak-anak menyusun huruf di rumah. Oya, kalau teman-teman membutuhkan tutup botol, silahkan datang aja ke tobucil, dengan senang hati kami akan membaginya secara cuma-cuma, sebanyak yang teman-teman mau (karena stok yang tersimpan di tobucil emang banyak banget dan terus bertambah setiap hari.. secara jualan minuman dingin juga di tobucil.. :D)   Bahan yang dibutuhkan: Tut