|
Baik aku dan Claudine sepakat, ini bangunan 'ga banget deh!' |
Ceritanya seminggu sebelum lebaran kemarin, aku dan Claudine 'melarikan diri' ke Singapura selama tiga hari. Tujuannya mencari referensi. Aku pribadi memang membutuhkan referensi mata maupun pustaka untuk mencari ide-ide segar dalam membuat notebook. Singapura menjadi pilihan karena 'cukup dekat' dan terjangkau dan sepengamatanku banyak stationery oke di sini. Ada penerbangan langsung dari Bandung dan harga tiketnya lumayan murah kalau beli pas promosi Air Asia. Sementara Claudine berniat mencari referensi tentang art journaling dan scarpbook.
|
Chinatown Singapura. Jujur aku lebih suka Chinatown glodok petak sembilan mangga dua.. lebih hidup ..
Selain itu, beberapa tante pelanggan tobucil bilang bahwa di Daisho Singapura, barangnya jauh lebih lengkap dari Daisho Bandung dan harganya lebih murah. Terakhir ke Singapura, tahun lalu aku bener-bener ga ada agenda belanja belinji. Lagi pula tahun lalu hanya semalam, itupun dalam kondisi sudah sangat lelah dan ingin segera pulang kembali ke Indonesia setelah tiga minggu keliling dari Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Singapura.
|
|
Rumah keluarga kelinci di Singapore Philatelic Museum dalam rangka pameran perangko tahun kelinci,. |
Kunjungan tiga hari kemarin, memang sengaja agendanya blanja blinji dan pergi ke museum. Untuk menghemat, aku dan Claudine membeli Museum Pass untuk 3 hari kunjungan seharga 20 SGD. Ada 8 Museum yang bisa dikunjungi secara gratis dengan menggunakan museum pass ini (yang diwarnai orange itu yang aku kunjungi):
Tips lain yang bisa dilakukan untuk menghemat pengeluaran transportasi dan memaksimalkan anggaran belanja :D aku dan Claudine selama 3 hari beli RMT tourist pass 34 SGD. Lumayan kan, bisa bolak balik menggunakan RMT selama 3 hari tanpa perlu bayar lagi. Kalau kartu RMT passnya kita kembalikan setelah selesai dipergunakan, petugas tiket RMT Singapura akan mengembalikan uang kita sebesar 10 SGD.
|
RMT Station Bugis |
Singapore tempat yang cukup nyaman buat jalan kaki, tapi aura ketergesaannya ternyata lebih besar daripada New York City. Ga tau kenapa, tiga hari di Singapura, setiap kali jalan rasanya kok terburu-buru, kurang santai. Alhasil, udah pake sepatu yang paling enak buat jalanpun, tetep aja lecet. Kebalikkannya di NYC, dua minggu pertama sebelum hapal rute subway dan paham arah, aku kerjanya nyasar dan harus jalan kaki kemana-mana bisa sampai 20 blok sampai kaki rasanya mau putus. Tapi kakiku ga pernah lecet karena kebanyakan jalan. Mungkin karena lebih santai dan dinikmati. Selama di Singapura, aku tuh udah pake sepatu yang paling nyaman buat dipake (Camper kurang nyaman gimana lagi coba!). Karena ga terpikir bakalan lecet kaki, aku lupa bekal sendal jepit. Padahal di hari ketiga aku terpaksa beli sendal jepit, karena ga mungkin pake sepatu dengan kondisi lecet di telapak kaki. Jadi, teman-temanku sekalian, ada baiknya bekal sendal jepit kesayanganmu. Dia bisa jadi penyelamat, dikala telapak kaki penuh dengan tempelan plester karena lecet. Akibat lecet ini, aku jadi ga terlalu semangat foto-foto karena sibuk dengan urusan lecet :D
|
Ruang bersamanya Tree in Lodge Green Hostel |
Aku dan Claudine menginap di
Tree in Lodge Green Hostel di Bugis Street. Per malam 29 SGD (sudah termasuk deposit 5 SGD), dengan kondisi kamar dorm 16 tempat tidur dan masing-masing dapet loker. Harga tadi udah termasuk sarapan pagi dan free internet. Aku suka hostel ini, dibanding hostel yang aku tempati tahun lalu di daerah Clark Quay. Resepsionisnya akrab dan hostelnya cukup ramah lingkungan. Hanya satu blok dari stasiun RMT Bugis. Bagiku penting untuk memilih hostel dekat dengan stasiun RMT, karena akan mudah nantinya ketika harus ke Changi Airport.
|
Claudine & Tarlen |
Pada postingan berikutnya aku akan menceritakan kunjunganku ke toko-toko buku & stationery keren.
Comments