Skip to main content

Moel Dan Dunia @themogus



Setelah bertahun-tahun dengan ketekunan dan ketelatenannya membangun koloni monster gurita, akhirnya Moel memamerkannya dalam sebuah pameran tunggal di Galeri Gerilya, Jl. Raden Patah, Bandung. Dalam pameran ini, Moel memberiku kehormatan untuk berkontribusi sebagai salah satu penulis di katalog pamerannya. Berikut tulisannya aku terbitkan di sini. 

Surat Perayaan Rasa Takut

Dear The Mogus,

Sebelumnya kusampaikan selamat pada keluarga The Mogus yang akhirnya bisa tampil bersama-sama dalam pameran ini. Aku acungkan semua jempolku untuk Moelyana, orang di belakang ide dan kelahiran kalian sekeluarga. Aku teringat saat pertama kali prototipe The Mogus lahir. Saat itu Crafty Days #2 Tobucil & Klabs, Desember 2008, Moel membuat anggota pertama The Mogus yang diberi nama Mogu Sigarantang. Anggota keluarga pertama ini tentunya masih banyak kekurangannya. Moel membuatnya dari pompom benang bulky. Moel saat itu belum menemukan cara mengikat untuk menyatukan pompom-pompom itu dengan kuat. Akibatnya, Mogu Sigarantang cukup retan rusak dan 'brudul' . Kegigihan Moel untuk  membentuk keluarga monster yang sakinah mawadah dan warohmah, membuat Moel pantang menyerah untuk terus mencoba menemukan formula monster gurita yang tangguh seperti The Mogus yang ada sekarang. 

Ketika Mogu Sigarantang dibuat muncul pertanyaan 'Moel, kenapa ini monsternya malah lucu dan ga ada ngeri-ngerinya sama sekali?' Moel saat itu menjawab : 'Mogu itu monster yang bersahabat dan bisa jadi teman bermain.' Dan memang,  selama aku mengenal Moel sejak tahun 2003 lalu, Moel selalu menjadi teman bermain yang menyenangkan dan bisa diandalkan. Belum pernah sekalipun aku melihat dia membuat sesuatu yang benar-benar brutal dan mengerikan. Moel selalu membuat hal-hal yang menyeramkan justru jadi menyenangkan, The Mogus adalah buktinya. Meski diniatkan sebagai keluarga monster gurita, namun The Mogus tampak rapi dan ceria ini membuatku melihat penafsiran lain yang menjawab pertanyaan tentang monster lucu dan cerah ceria ini. 

 Selama ini kita selalu mengidentikan monster dengan ketakutan yang cenderung dihindari meski sering tidak kita sadari, kita memeliharanya. The Mogus bagiku seperti simbol bahwa ketika apa yang menjadi monster menakutkan  di luar dan di dalam diri kita, justru tidak perlu dihindari. Ketika dia bisa kita hadapi, kita bisa menjadikannya teman bermain yang asyik. Justru ketika kita bermain tanpa rasa takut, kita akan kehilangan  sesasi permainan itu sendiri. Bermain tanpa rasa takut lantas menjadi berbahaya karena kita kemudian tidak mengetahui batas terjauh sampai mana permainan itu bisa kita jalani. Justru ketika rasa takut menjadi batas terjauh, dia akan menjadi kontrol yang membuat kita belajar untuk menghadapinya dengan santai. Seringkali ketakutan itu terasa  sangat menakutkan ketika dilihat dari jauh karena bayangan ikut memperbuas ketakutan itu. Namun ketika ketakutan itu kita dekati, kita akan menemukan cara untuk berteman dengannya. Yang menjadi penting di sini adalah bagaimana cara kita mengendalikan ketakutan-ketakutan itu. 

Kurasa aku berterima kasih pada kalian, para Mogu. Lewat pameran ini aku seperti diajak untuk  menyadari bahwa monster dalam diri kita tidak selalu berwujud mengerikan. Monster yang menjadi cermin ketakutan itu bisa menyaru dalam kecerahan dan keceriaan. The Mogus seperti mengingatkan bahwa selalu ada dua sisi  dari setiap hal di dunia ini, karena begitulah kehidupan ini diciptakan sebagai aksi dan reaksi, baik dan buruk dan seterusnya. Dipenghujung suratku, aku ingin mengatakan pada Moel, bahwa apa yang dilakukannya selama ini sangat menginspirasiku. Moel mungkin tidak peduli apakah The Mogus disebut sebagai karya seni atau bukan, karena buatku pun yang penting bukan itu.Ketekunan dan komitmen Moel untuk terus menerus berkembang dalam penguasaan teknik dan konsep, juga kegigihannya untuk mendisiplinkan diri dalam belajar, kukira sangat menginspirasi. Pameran ini menjadi perayaan dari perkenalan aku, kamu, kita semua pada Moel dan ketakutan-ketakutan berwujud moster-monster ceria bernama keluarga The Mogus.

Salam monster dariku,
Tarlen Handayani
Tobucil & Klabs



Comments

STARSNAPSHOT said…
berasa di dunia bawah laut, penuh tentakel... wrrr
sayamaya said…
"The Mogus bagiku seperti simbol bahwa ketika apa yang menjadi monster menakutkan di luar dan di dalam diri kita, justru tidak perlu dihindari."

sepakat mba, kruasa tiap org menyimpan sisi monster dalam dirinya masing2.
dan, congrat utk moel ^^

Popular posts from this blog

Giveaway: Sepuluh 'Vitarlenology's Visual Diary Pocket Book' Hanya Buat Kamu :)

  Halo teman-teman semua. Menjelang ulang tahunku, aku ingin bagi-bagi hadiah buat teman-teman semua. Ada sepuluh pocket book buatanku yang akan aku bagikan cuma-cuma. Pocketbook ini covernya diambil dari foto-foto jepretanku dari koleksi NYC visual diary. Aku ingin berbagi kesan mendalamku tentang NYC pada teman-teman semua lewat pocket book ini.  Caranya: silahkan tulis komentar apapun di postingan ini dan yang belum follow, silahkan follow dulu biar bisa ikutan giveaway ini. Aku tunggu paling lambat tanggal 30 Maret 2011, Pk. 24.00 WIB. Sepuluh orang yang beruntung akan mendapat kiriman pocket book ini dariku..  Oya, giveaway ini terbuka bagi seluruh penghuni planet bumi ini hehehhe.. alias selain orang Indonesia boleh ikutan juga kok.. :) Salam hangat,  tarlen

RTP#2: Cara Memindahkan Gambar Ke Atas Kain Dengan Menggunakan Gloss Gel Medium

Model dalam foto diperagakan oleh James Franco :D Ini adalah teknik yang aku pelajari dari kelas scrap book tobucil, yaitu cara memindahkan gambar ke atas canvas dengan menggunakan gloss gel medium. Teknik ini gampang-gampang susah, tapi sekali coba pasti ketagihan.  Bahan yang dibutuhkan adalah gloss gel medium, bisa dibeli di toko alat gambar, kain kanvas untuk melukis dan gambar yang difoto copy atau di print dengan menggunakan printer laser. Teman-teman bisa mengganti kanvas dengan kain biasa, tapi akan lebih efektif jika kain tersebut dilapisi dengan gesso atau cat tembok. Penting untuk diperhatikan bahwa gambar harus di print dengan printer laser karena jika menggunakan printer deskjet, gambar akan luntur dalam proses pemindahannya nanti. Catatan: Jika memprint gambar yang ada tulisannya, sebelum di print, tulisan di "mirror" dulu biar terbalik dan ketika dipindahkan nanti, tulisan akan ada dalam posisi normal. Gambar di bawah lupa di "mirror" jadinya ...

Hari #1 : Cara Membuat Sampul Buku

Halo teman-teman, aku akan memulai Ramadhan Tutorial Project, dengan sebuah tutorial sederhana ini. Oya, sebelumnya selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya. Aku sebenernya udah sering banget bikin sampul macam ini, karena aku senang sekali menyelipkan sesuatu di saku dalamnya. Nah untuk sampul yang aku buat kali ini, khusus untuk buku kas yang biasanya selipannya lebih banyak karena ada berkas-berkas bon pengeluaran, faktur penitipan barang, dst. Biar semua itu ga berceceran, sampul kali ini aku beri banyak saku. Di cover depan, belakang juga dalamnya. Pertama-tama, siapkan dulu buku yang akan disampuli dan juga kain-kain yang akan dipergunakan. Beberapa jenis dan kombinasi akan lebih baik. Setelah itu, ukurlah keliling buku, kemudian tingginya. Bisa diberi lebih 0.5 cm dari ukuran aslinya untuk memberi sedikit ruang dan biar nanti pas bukunya dimasukan ke sampul tidak terlalu sulit. Setelah ketauan ukuran keliling, tambahkan minimal setengah panjang buku, di ki...