Skip to main content

Mari Mencatat Kumpulan Rasa

Ketika ingat rasa masakan, apalagi itu masakan rumah, masakan ibu, yang terbayang bukan hanya bentuk masakan dan rasa masakan itu sendiri, tapi seluruh peristiwa beserta detail-detail yang menyertainya akan bangkit kembali. Aku jadi ingat, ketika mengenang soal gula kelapa yang ada dimasakan ibuku dan bagiamana ibuku meminta budeku mengirimkan gula kelapa beserta asem jawa dari Yogjakarta ke Bandung setiap bulannya. Ibu ingin memasak masakan Jawa yang otentik. Bagi ibuku sebagai perantau di kota Bandung, tidak ada yang bisa membuat sebuah masakan terasa otentik jika tidak menggunakan bahan atau bumbu dari tempat asalnya. Ketika kisah ini dikutip di liputan Jelajah Kuliner Kompas 'Empat Wangsa Sedulur Rasa', aku tak kuasa membendung tangis ketika membacanya kembali. Seketika semua rasa masakan dan kenangan masa itu menyesaki ingatanku dan menggugah rasa lekat dalam kepekatan kenangan akan 'rasa ibu', apalagi dikenang ketika kondisi ibu sudah tidak lagi memungkinkan untuk memasak. 



Hal lain soal mengenang rasa masakan ibu, ketika aku jauh dari rumah. Di negeri orang dan sangat rindu rasa sayur daun singkong. Sementara tidak ada menu sayur daun singkong di restoran Indonesia  di kota seperti New York. Ketika kerinduan akan rasa masakan itu tidak terpenuhi, yang terjadi adalah rasa rindu rumah menjadi semakin menjadi-jadi. Karena pulang kemudian menjadi identik dengan merasakan masakan rumah, masakan ibu. Di New York pulalah aku menemukan kegiatan yang menyadarkanku bagaimana aku selama ini hanya bisa merindukan rasa masakan-masakan ibuku namun tidak pernah menyimpan pengetahuan tentangnya. Aku tidak pernah sungguh-sungguh mencatat resep-resep dari masakan ibuku, selama ini aku lebih memilih sebagai penikmat saja, tapi tidak sungguh-sungguh berusaha menjadi pewaris pengetahuannya. Padahal resep masakan ibu menurutku adalah warisan pengetahuan yang tidak kalah otentik dengan masakan yang dimasaknya itu sendiri.

Adalah  Sweet Tooth of The Tiger yang didirikan Tracy Candio, seniman asal Brooklyn, NYC, yang menjadikan memasak kue sebagai cara dia membuat karya seni yang lebih partisipatif. Dalam salah satu pertemuan rutin senin sore 'Monday Craft Night', Etsy Lab di Brooklyn, NYC, tahun 2008 lalu, Tracy mengajak yang hadir di acara ini_termasuk aku_ untuk membuat buku resep bersama. Selain mencicipi kue-kue yang dibuat oleh Sweet Tooth of The Tiger, lembaran-lembaran resep yang telah dituliskan ini kemudian di jilid jadi satu menjadi sebuah buku kecil kumpulan resep. Setelah jadi setiap kontributor resep, menceritakan kisah personal yang berhubungan dengan resep  masing-masing.

Ketika teman-teman dari Aliansi Untuk Desa Sejahtera ingin berdiskusi tentang masalah pangan lokal hari minggu 4 Januari 2015 kemarin di Tobucil & Klabs, aku terpikir untuk memasukan kegiatan lokakarya membuat buku kumpulan resep ini sebagai salah satu bentuk kegiatannya. Terinspirasi dari kenangan akan rasa, keinginan mencatat pengetahuan akan rasa masakan ibu dan pengalaman mengikuti lokakarya ini besama Sweet Tooth of The Tiger, maka aku mengajak teman-teman untuk membuat buku kumpulan resep masakan favorit ini.
Setiap peserta membawa minimal satu resep masakan favoritnya dan menuliskannya kembali dengan tulisan tangan mereka masing-masing dalam secarik kertas. Kemudian lembaran-lembaran resep tulisan tangan ini di pindai, di susun lalu di cetak dengan mesin printer dan setelah itu di jilid dengan teknik 'simple binding'. Setiap peserta  yang ikut, membawa satu salinan buku kumpulan resep. Menurutku, kembali ke bahan pangan lokal itu juga berarti kembali mengumpulkan dan mencatat kembali rasa dan ingatan yang 'lokal' itu, mengumpulkan dan mencatat pengetahuannya. Dan itu bisa dimulai dari apa yang biasa dimakan di rumah, bisa dimulai dari mengumpulkan dan mencatat resep-resep masakan ibu. Yuk..!

Comments

ayo posting yg banyaaaaak ;)
Nysha said…
ini namanya mencatat memori rasa sebelum benar2 terhapus.

Popular posts from this blog

Giveaway: Sepuluh 'Vitarlenology's Visual Diary Pocket Book' Hanya Buat Kamu :)

  Halo teman-teman semua. Menjelang ulang tahunku, aku ingin bagi-bagi hadiah buat teman-teman semua. Ada sepuluh pocket book buatanku yang akan aku bagikan cuma-cuma. Pocketbook ini covernya diambil dari foto-foto jepretanku dari koleksi NYC visual diary. Aku ingin berbagi kesan mendalamku tentang NYC pada teman-teman semua lewat pocket book ini.  Caranya: silahkan tulis komentar apapun di postingan ini dan yang belum follow, silahkan follow dulu biar bisa ikutan giveaway ini. Aku tunggu paling lambat tanggal 30 Maret 2011, Pk. 24.00 WIB. Sepuluh orang yang beruntung akan mendapat kiriman pocket book ini dariku..  Oya, giveaway ini terbuka bagi seluruh penghuni planet bumi ini hehehhe.. alias selain orang Indonesia boleh ikutan juga kok.. :) Salam hangat,  tarlen

Giveaway: Siapa Mau Benang-benang Rajut?

Karena berdagang benang rajutan di tobucil , aku punya banyak sisa gulungan benang yang kecil-kecil. Biasanya gulungan-gulungan sisa benang ini dibagikan saat Crafty Days dan selalu jadi rebutan banyak orang. Aku sengaja meyimpan sekarung sisa gulungan benang yang lucu-lucu ini, khusus untuk teman-teman semua. Bagi yang berminat silahkan follow blog ini  dan tuliskan komentarnya dipostingan ini tentang: apa yang akan teman-teman buat dengan benang-benang ini . Komentar yang masuk akan dipilih karena aku hanya menyediakan 3 paket  berisi aneka benang-benang cantik untuk teman-teman semua . Giveaway ini hanya berlaku untuk teman-teman yang berdomisili di Indonesia saja, ya. Komentar terakhir aku tunggu sampai tanggal 11 Juli 2010. xoxo tarlen

Catatan Produksi: Menentukan Batas Waktu Pengerjaan

Mulai Januari, meski mulainya di detik-detik terakhir _ aku akan mencoba berbagi catatan tentang produksi dan seputar pengalaman menjadi seorang bookbinder yang memiliki brand 'vitarlenology.' Ini bukan berarti sietem produksiku lebih baik dari yang lain, bukan. Ini justru menjadi catatan buatku sendiri yang mungkin berguna buat orang lain, untuk saling belajar dan berbagi pengalaman sebagai seorang 'crafter' dan 'book binder'. "Berapa lama ya perngerjaannya?" atau "Selesainya kapan ya mba?" pernyataan yang sangat lazim ditanyakan kosumen, ketika mereka memesan produk buatan kita. Dulu aku menjawabnya sesuai dengan waktu minimal yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Misalnya aku bisa selesaikan dua hari ya aku jawab dua hari, tiga hari, ya aku jawab tiga hari. Tapi ternyata jawaban ini buatku sungguh merepotkan. Bayangkan saja, jika ada konsumen pesan di hari senin, aku akan menjawab notebooknya akan selesai dikerjakan di hari kamis....